THE BEST STUDENT
OF BAHRUL ‘ULUM
Oleh: Jawaharo
Nisa Salsabila
Sebuah Catatan Pinggir
The Best Student of Bahul ‘Ulum, begitulah telinga kita akrab mendengar.
Sebuah ajang paling bergengsi diantara para santri (yang siswa) di Yayasan
Pondok Pesantren Bahrul ‘Ulum (YPPBU) Tambakberas Jombang. Momentum tahunan yang
diadakan dengan tujuan mengukur kalibrasi pasang surut pendidikan formal di YPPBU.
Mekanisme lomba menetapkan setiap unit madrasah wajib mendelegasikan
putra-putri terbaiknya untuk ajang ini. Tak hanya para santri yang berantusias
menunggu, deretan pengasuhpun ikut menyimak dan mengamati. Ditahun 2014, teknis
pelaksanaan lebih diperketat, tentunya dengan tujuan agar nantinya yang
terpilih (the chosen one) adalah benar-benar Best of The Best di
pesantren Bahrul ‘Ulum tercinta. Mulai dari tes tulis, ujian baca kitab, baca
Al-Qur’an, dan interview. Juri yang dipilihpun tak sembarang orang, salah
satunya adalah seorang dosen produktif dari Universitas Hasyim As’ary (UNHASY)
bernama Syuhada’ Sarkun, M.HI.
Madrasah Aliyah Fattah Hasyim Masuk Grand Final
Reza Panca dan Laaliul Mahfudloh adalah dua teman kita yang telah
dipercaya madrasah untuk menjadi delegasi dalam ajang yang tak ada dua di bumi
tambakbreras. Langkah demi langkah mereka lalui untuk menghadapi event
bergengsi ini. Mulai dari berangkat lebih awal daripada siswa/i yang lain,
melahap semua isi makalah yang disediakan panitia, sampai satu bulan masa
persiapan, mereka selalu mengiringkan usaha dengan tawakal dalam do’a. Jerih
dan payah, sukar dan suka, tetes keringat terbayar satu minggu pascalomba oleh
titik cerah berbentuk undangan melaju ke
Grand Final.
Pada babak Grand Final, sebagian dari kita datang untuk memberi support.
Cemas cemas penuh harap, dengan ekspektasi tinggi almamater madrasah layak
disebut sebagai deretan sang juara. Penyemarak bersorak, menyambut setiap
jawaban dari pertanyaan juri dengan
tepuk tangan bangga. Berbeda dengan Reza yang kocak dengan argumennya. Li’ul
membawa riuh haru ketika salah satu juri memberi kesempatan kepadanya menyemai
doa harapan. Dengan khouf-roja’ ia menangis sesenggukan, bersimpuh merendahkan
diri kepada Yang Kuasa dengan berbahasa inggris. Suasana haru seketika
tercipta, hingga ucapan amin mengakhiri doa.
Kecemasan terjawab, rupa-rupanya Allah mempunyai perencanaan yang lebih
indah, Dia belum menitipkan anugrah kemenangan kepada almamater tercinta.
Experience is the best teacher, berpacu untuk terus belajar dari pengalaman, kita tak perlu gelisah terus-menerus kawan, terus menjadi yang lebih baik karena di depan masih banyak kompetisi yang menanti, dan kita
siap untuk unjuk gigi. xixixixi :-)
Always do the best guys, together we can!!. (*)
0 komentar:
Posting Komentar