Ibu…I Love You
“
Assalamu’alaikum “, ucapku ketika memasuki rumah, Ibu menjawab dan
menegurku karena aku pulang telat.
“ Ada tugas tambahan Bu “, ucapku. Ibu hanya mengangguk .
Memang sih, aku pulang telat banget, pulang sekolah jam 12.00, aku sampai rumah
jam 15.30. Ya maklumlah, aku harus ngamen dulu. Tadi hanya ku buat alasan.
Cahaya matahari pagi ini mampu membangunkanku dari mimpi
indahku. Aku tak sadar ternyata tadi Ibu sudah membangunkanku, tapi aku yang
tak bisa bangun. Bergegas aku menuju kamar mandi. Setelah mandi aku menghampiri
Ibu di ruang tamu untuk sarapan pagi.
“ Nanti jangan telat lagi Lif, bantu Ibu bersih-bersih
rumah “, ucap Ibu ditengah-tengah sarapan pagi. “ Insyaallah Bu “.
Huft..sebenarnya aku gak bisa ulang tepat waktu, aku harus ngamen. Terus
gimana? Haduuuh aku bingung. Bel pulang sekolah
berbunyi. Aku harus bergegas pulang.
Astaghfirullah hal’adziim, aku lupa buku Bahasa
Indonesiaku ketinggalan di kelas. Aku mencari-cari kemana-mana, tapi belum ke
temukan bukunya. Tanpa sadar aku tertidur di kelas karena lelah. Setelah
terbangun ternyata jam sudah menunjukkan jam 15.15. Waduuhh !!! berarti aku
telat lagi. Huft..
Seperti yang ku pikirkan, Ibu marah-marah lagi padaku.
Ibu tak merespon penjelasanku kenapa aku pulang telat lagi. Mungkin Ibu sudah
capek. Ya Allaaaaahh…berilah aku kesabaran. Esok harinya, seprti biasa, aku
berangkat sekolah, sebelumnya aku melihat uang di bawah tumpukan baju di
lemari, dan ternyata uang saku pemberian Ibu untuk bulan ini tinggal Rp1000,00.
Allahu Raabb…aku gak mungkin minta Ibu uang lagi, aku takut Ibu marah lagi
padaku.
Di sekolah, aku menceritakan semua kepada Wawan, Ifan,
dan Andi. Mereka malah mentertawakanku, tapi mereka juga memberiku saran,
yaitu: ngamen. “ Ngamen lagi…..ngamen lagi.....”, ucapku.
“ Lha terus kalo gak ngamen apa lagi…??? jadwal nyabit
alang-alang di rumah Pak Lukman baru bulan depan “. Aku terdiam dan berpikir
ulang. Ya sudahlah, pulang sekolah nanti aku akan ngamen lagi, terus pulang
lagi, dan bakal dimarahi Ibu lagi. Itu sudah makananku sehari-hari. Allah…..
Capek sekali rasanya setelah ngamen dari siang sampai
sore. Tak ku hiraukan Ibu yang sedang duduk di ruang tamu, karena aku tahu Ibu
sedang marah padaku. Sampai di kamar, aku langsung menghitung uang hasil ngamen
tadi. Ternyata hanya dapat Rp40.000,00. Itu masih kurang sampai bulan depan,
soalnya masih banyak kebutuhan yang masih belum tercukupi.
Malam harinya, ku beranikan diri untuk bilang ke Ibu,
bahwa uang sakuku kurang, ya meskipun aku tahu Ibu masih marah padaku. Setelah
ku jelaskan panjang lebar, akhirnya Ibu dapat memahami sedikit keadaanku saat
ini. Hari-hari lewati dengan senang, tak ada masalahpun untuk kali ini.
Bulan Mei yang ku tunggu-tunggupun tiba, waktunya aku
menyabit alang-alang bersama Wawan, Ifan dan Andi di rumah Pak Lukman. Sepulang
sekolah kami langsung menuju rumah Pak Lukman. Ternyata rumput alang-alang yang
akan disabit sangat banyak.
“ Wah, bakal capek badanku kalau alang-alang yang akan
disabit sebanyak ini “, kata Wawan.
“ Banyak alang-alangnya, banyak juga uangnya.
Hahahaha….”, sahutku.
Kami membutuhkan waktu 4 jam untuk menyabit alang-alang
ini. Sungguh-sungguh melelahkan. Tiba-tiba Pak Lukman datang, beliau menyuruh
kami istirahat di depan rumahnya sambil meminum es the dan makanan yang lain.
Saat-saat yang ditunggupun tiba, jatah kami masing-masing
sama, yaitu Rp100.000,00. Betapa senangnya aku dan kawan-kawan. Bersiul-siul di
sepanjang jalan menuju rumah. Ibu sedang menyapu halaman rumah ketika aku
sampai. Ibu tak menghiraukan kedatanganku sama sekali.
Di kamar, aku ingat, tanggal 6 Mei ulang tahun Ibu. Aku
ingin mengado, tapi mengado aa ? aku hanya punya uang Rp100.000,00. Setelah
berpikir-pikir, aku memutuskan untuk membelikan Ibu baju.
Suasana di sekolah mulai ramai, tapi aku masih duduk
sendiri di kelas. Teman-teman yang lain belum ada yang dating. Tak lama
kemudian Andi dating, ia bilang kalau dia membawa roti dan susu, kami langsung
menyantapnya dengan lahap.
Setelah semua dating, aku bercerita kepada Wawan, Ifan,
dan Andi kalau tanggal 6 Mei besok Ibuku ulang tahun. Aku juga bilang, aku akan
mengado Ibuku baju. Mereka mengiyakan dan mereka akan mengantarkanku pergi ke
pasar besok pulang sekolah.
Hari ini ulang tahun Ibu, 6 Mei, hari yang akan
bersejarah bagiku. Tak lupa ku bawa uang Rp100.000,00 hasil jerih payahku. Ibu
tak ingat kalau hari ini ulang tahunnya. Akupun berangkat sekolah dengan
gembira. Wawan, Ifan dan Andi juga ikut berbahagia, mereka nanti yang
mengantarkanku ke pasar.
Bel pulang sekolah berbunyi, itu tandanya aku dan
kawan-kawan akan bergegas ke pasar. Sesampainya di pasar, kami menuju tokoh
baju. Memilih-milih baju untuk Ibu.
“ Yang ini bagus Wan, Fan, Di…gimana ? yang ini aja ya,
harganya juga murah “, kataku.
Mereka mengiyakan, ketika mengeluarkan uang, dari saku
celanaku, tiba-tiba seorang laki-laki berbaju hitam merebut uangku dan
menodongkan pisau tajamnya. Aku lemas, tak ada yang berani melawan pencopet
itu, kawan-kawankupun tak ada yang berani. Aku hanya bisa pasrah. Tak ada baju
untuk Ibu.
Aku sedih, di sepanjang jalan aku hanya terdiam,
kawan-kawan mencoba menghiburku, tapi aku tak tersenyum sedikitpun. Aku
berfikir, apa yang bisa ku berikan kepada ibu? Ketika melihat bunga mawar di
depanku, aku memetiknya. Hanya setangkai bunga mawar. Tak apalah.
Sampai di rumah, Ibu langsung memarahiku dan memukulku
dengan sapu.
“Dibilangin orang tua kok nggak didengarkan, nyusahkan
saja kerjaannya.” Aku menangis, aku memeluk Ibu, aku berbisik “Selamat ulang
tahun Ibu” Aku mengeluarkan setangkai bunga mawar dari saku celanaku dan aku
menceritakan semuanya. Ibupun ikut menangis terharu. I love you Ibu.

By
: Jawaharo Nisa Salsabila
IX - G